Hujan dan kopi, angan mulai bekerja dalam ruang imajinasi, kilat petir sedikit mengoyak konsentrasi, namun aku tetap bercerita menyusun bait sepi. Hujan... kau kurindukan dan menakutkan, derasmu seperti menghipnotis siapaun yang memandang, kepingan masa lalu di antara rintikanmu yang berjajar rapi menghujam, terselip kerinduan yang bergelora seperti petirmu yang angkuh menerjang. Aku hanya diam, di sudut ruang yang hitam, derasmu masih terdengar, namun aku memilih menghindar. Sebenarnya aku ingin menari, melepas sepi bersama rintikan manjamu yang menenangkan hati, namun kopiku harus tetap hangat, aku tak ingin hitamnya memudar bersama masa lalu yang pekat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar