Jumat, 27 Juli 2012

Yang Terlupakan Dari Masa Lalu


Saat kau mulai terlupakan, saat kau mulai terlihat kecilnatau bahkan tak terlihat lagi...

Saat segala yang pernah kau beri tak lagi berarti, tak lagi dapat mengingatkannya padamu, dan tak berharga lagi untuknya...

Lalu kau bisa apa? Memaksanya mengingatmu? Mengemis dan menceritakan tentang kalian di masa lalu agar dia ingat? Serendah itukah kau?

Mungkin semuanya tlah menjadi debu, lembaran masa lalu tak lagi berlaku, sepenggal ingatan bisa saja berganti dengan memori baru, dengan orang-orang baru juga di dalamnya, sementara kau terus bertanya, lalu dimana tempatku?

Memang mengecewakan saat kau mencoba kembali namun dia tak menyediakan tempat untukmu lagi, atau kau mencoba membuka hati tapi dia tlah menutup hatinya rapat-rapat untukmu...

Kini kau terlihat sendiri, menepi di sudut sepi, hanya membisu, melihat sang waktu menghapus kenangan lalu yang penuh bahagia...

Memang tak ada yang lebih indah selain saat kita bisa bernostalgia dengan ingatan lalu, membuatmu tertawa sendirian mengingat segala kebodohanmu di hadapannya di masa lalu, meski tlah berlalu, meski kau tau semua takkan terulang, tapi kau masih berhak mengingatnya...

Minggu, 22 Juli 2012

Yang Tidak Bisa di Ucapkan Seorang Ayah


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu

bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu... Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit

membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama...

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan
mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT....kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum? Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu... Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa... Dalam lirih doanya kepada Allah, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik...

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik... Bahagiakanlah ia bersama suaminya...

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya...

Papa telah menyelesaikan tugasnya...
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu...

Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal...

Banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Papa. tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya***

LOVE U PAPA :) ♥ ♥ ♥

Kamis, 19 Juli 2012

Arti Seorang Ayah Untukku

Gadis kecil itu sedang bersiap-siap ke sekolah, ia menghabiskan sarapan paginya penuh semangat. Hari ini adalah hari dimana ia harus berbicara tentang ayah.

Ibu kelihatan kuatir karena tahu apa yang hadapi putrinya nanti. Ia berbisik agar si kecil yang ceria tak usah masuk sekolah saja hari ini, tetapi si anak berkuncir dua itu hanya tertawa dan berkata, "ini kesempatan memberitahu teman-temanku siapa sebenarnya ayahku, Bu.."

Mereka tiba di ruang pertemuan sekolah. Ruangan itu ramai dengan para ayah yang menemani putra-putri mereka, malah beberapa dari ibu mereka juga ikut mendampingi. Hanya si gadis kecil yang duduk bersama ibunya. Ibunya menunduk menyembunyikan kegalauan sementara si putri sibuk menyapa teman-temannya dengan riang.

Satu persatu anak-anak maju ke depan, bercerita tentang ayah mereka. Si gadis kecil memperhatikan dengan seksama membuat si ibu semakin gundah. Tangannya yang gemetar tak mampu mengusir kekuatiran menunggu giliran si gadis kecil.

Akhirnya tibalah giliran si gadis kecil. Saat ia berdiri, sang ibu sempat ragu namun si gadis kecil meraih tangannya dan mengajaknya ke depan. Mereka berjalan di tengah pandangan sinis orang-orang yang berbisik “ayah macam apa yang tak bisa menemani putrinya di hari sepenting ini.” Si ibu duduk di mana seorang ayah seharusnya duduk menemani si gadis kecil dan di depannya si gadis kecil memulai kisahnya tentang ayah.

“Ayah yang kukenal bukanlah ayah yang menemaniku bermain bola, bukan ayah yang bisa menciumku setiap saat dia inginkan, bukan ayah yang bisa kusambut ketika ia pulang kerja, juga bukan ayah yang bisa membelaku saat aku diganggu anak yang nakal, dia juga bukan ayah yang bisa menemaniku saat aku sedang sakit, bahkan ayah tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun untukku walaupun sekali saja. Tetapi bukan karena ayahku jahat atau terlalu mementingkan pekerjaannya, ayahku mungkin terlalu baik hingga Tuhan ingin ayah bersamaNya. Aku tak membenci Tuhan karena aku tahu Tuhan sangat sayang padaku dan Ayah, Tuhan pasti punya rencana lain untuk kami hingga ia memisahkan aku dan ayah.”

Gadis kecil terdiam dan memandang kesekelilingnya, menatap wajah-wajah di hadapannya,
“Ayah memang tak pernah ada di sisiku, tapi ia menemaniku setiap saat. Setiap kali aku bersedih, aku hanya tinggal menutup mataku sejenak dan memanggil namanya. Ia akan datang meskipun cuma aku yang tahu karena hatiku merasakannya. Ketika aku rindu menatap wajahnya, foto ayah akan menemaniku dalam tidur. Ayah memang tak bisa mengajariku bermain ataupun belajar, tapi ia mengajariku menjadi anak yang mandiri karena aku tak punya ayah yang membantuku, aku belajar menjadi anak yang berani karena tak ada ayah yang membelaku, aku belajar menjadi anak berprestasi karena aku ingin ayahku bangga di surga sana, aku ingin berhasil menjadi dokter karena aku ingin ibu punya alasan untuk melanjutkan hidupnya.”

Lalu ia diam sejenak, menutup mata dan berbisik, “aku beruntung karena ada ibu yang menemaniku, yang membantuku mengenal ayah sejak aku bayi dan aku tahu ayah ada di sini, melihatku dengan senang karena aku sudah memperkenalkannya pada semua agar semua orang tahu betapa berartinya ayah bagiku. Suatu hari nanti jika aku bisa bertemu dengannya di surga, aku akan berkata aku mencintainya dan selalu bangga menjadi anaknya.”

Resep Bahagia

“Apa kabar? Bagaimana kabarmu?” Adalah jenis kalimat yang lazim atau terbiasa kita dengar atau ucapkan. Namun, sejak beberapa tahun ini banyak kawan yang tidak pernah lagi menyapa saya dengan ucapan itu. Saya yakin itu bukan karena mereka sombong atau sedang bermusuhan dengan saya. Mungkin, karena mereka sudah tahu jawaban saya seperti apa. Sehingga merasa tidak perlu menanyakan lagi.

“Kabar saya selalu baik, bahkan sangat baik,” Itulah jawaban yang selalu meluncur dari mulut saya. Jawaban yang mungkin sudah bosan di dengar kawan-kawan saya *hehehee... Tapi, apakah saya benar-benar baik sebaik jawaban saya? Entahlah, tapi saya selalu berusaha menilainya begitu. Apapun keadaannya, bahkan saat sedang berjuang melawan flu dan batuk berat seperti yang saya alami sekarang atau sedang bokek parah pun, saya tetap menganggapnya baik.

Kenapa saya melakukan itu? Jawabannya hanya satu. Karena saya ingin menikmati setiap moment dalam hidup. Apakah dengan cara seperti ini saya bisa bahagia? Jujur saja, saya selalu kesulitan mendefinisikan bahagia itu seperti apa, karena saya yakin tak cukup satu teori saja yang mampu menjabarkannya, terlebih cakupan wilayahnya cukup luas. Namun, dengan sikap seperti ini, dengan selalu menganggap keadaan saya senantiasa baik, saya merasa lebih ayem, senang dan tak mudah terjebak dalam jurang keluhan yang berlebihan. Dan perasaan seperti inilah yang saya anggap sebagai serpihan kebahagiaan.

Kesadaran untuk senantiasa menikmati setiap moment kehidupan ini saya adopsi dari seseorang yang hidupnya bisa dibilang tidak lebih baik dari saya. Tepatnya nenek saya. Beliau selalu menganggap keadaannya begitu baik. Padahal, sejak beberapa tahun yang lalu beliau menderita lupus. Beliau pun diharuskan rutin menenggak berbagai macam obat-obatan setiap harinya dan rutin konseling ke dokter spesialis seumur hidupnya. Kematian mendadak seolah mengancam beliau setiap saat. Sekali saja lengah pasti fatal akibatnya. Namun beliau tak kenal galau.

Satu kali pun, saya tak pernah mendengar keluhan dari beliau. Yang saya temui justru sebaliknya, wajahnya berpendar cahaya bahagia. Seakan beliau memang benar-benar bahagia dan tak terjadi apa-apa, beliau bisa berdamai dengan penyakit yang mengancam hidupnya, dan keuntungan lainnya, beliau bersahabat dengan banyak dokter. Dan yang lebih amazing adalah beliau mengatakan bahwa keadaan beliau sangat baik.

Tak ada raut wajah cemas dari cara beliau memandang, melihat dan berbicara. Beliau bahkan bersyukur menerima apa yang diberikan Yang Maha Kuasa terhadap beliau. Lalu pertanyaannya, apa yang membuat beliau bersyukur? Beliau mengaku bisa lebih mengenal kebesaran Tuhan dan berhasil membuka pintu kebijaksanaan dari apa yang beliau alami sekarang (penyakit yang beliau derita). Pintu yang sering tak terlihat saat kita dalam keadaan biasa-biasa saja. Hasilnya, beliau bisa melepas semua beban, mengusir rasa sakit menjadi gembira, dan meleburkan keluhan terhadap rasa syukur.

Apa yang beliau alami benar-benar mengubah warna batin saya. Beliau mengajarkan dasar-dasar pelajaran menata batin dan beliau juga telah menularkan resep bahagianya kepada saya.

Setelah merenungi apa yang saya dapatkan, terkadang saya malu dengan diri saya sendiri. Dulu, saya sering mengumbar keluhan dan terlalu berlebihan menyikapi hidup yang saya jalani. Mengapa berlebihan? Karena saya terlalu menggatungkan kebahagiaan di pengharapan masa depan. Saya terlalu sering menggunakan kata “jika dab bila”.

Jika saya kaya, saya akan bahagia. Bila menjadi pengusaha hebat saya akan bahagia, dan seterusnya. Bisa jadi perasaan seperti itu juga anda alami. Jika naik pangkat, jika gaji naik, jika punya anak, jika hutang lunas, bila kaya atau bahkan jika isteri atau pacar tidak gendut dan cemburuan, saya akan bahagia.

Kata “jika dan bila” memang ibarat cantolan pengharapan yang kita letakkan di masa depan. Padahal kita sepakat bahwa masa depan itu penuh ketidak pastian (kecuali kematian), yang berarti juga kita belum tentu bahagia. Apalagi banyak sekali dalam hidup ini yang tidak sejalan dengan harapan kita.

Belajar dari nenek saya tadi, katakan saja beliau menggantungkan kebahagiaan pada kesembuhan, maka bisa dipastikan mereka tak akan pernah bahagia. Karena penyakit lupus yang beliau derita amat sulit disembuhkan. Karena itulah beliau memilih pilihan yang bijak. Beliau tidak menunggu sehat atau baik-baik saja untuk bahagia, beliau justru menjemput kebahagiaan itu dengan keterbasan yang beliau miliki.

Resep bahagia yang saya pelajari ini sangat berhubungan dengan konsep bersyukur. Menerima keadaan dan menilainya sebagai hal yang baik. Namun, konsep ini tidak boleh bertentangan dengan konsep motivasi. Saya berusaha tidak terjebak pada penggunaan konsep bersyukur untuk membenarkan kelemahan serta kesalahan saya. fighting spirit saya harus tetap menyala serta terus belajar untuk mencapai keadaan yang lebih baik.

Setelah saya mengadopsi resep bahagia ini, saya lebih bisa menerima keadaan. Saya pun merasa lebih tenang dan tidak terlalu berlebihan lagi dalam menyikapi beratnya hidup ini. Apakah saya tidak pernah mengeluh? Masih sering juga sih *hehehee... Tapi, paling tidak, dari resep bahagia dan konsep bersyukur diatas keluhan yang hampir keluar bisa segera saya kubur, dengan harapan bisa menjadi pupuk ketenangan batin. Bagaimana dengan masalah? Masalah itu akan tetap ada, dan percaya saja semua bisa terselesaikan.

“Aaahh... Itukan cuma teori, praktiknya tetap saja sulit!!!” Jika pemikiran seperti itu tiba-tiba muncul ketika anda membaca tulisan ini, berarti anda telah melewatkan salah satu moment bahagia.

Rabu, 18 Juli 2012

Best Friend


“Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??. Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??”

“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya”



“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya”

“Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya”

“Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah”

“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian”

“Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya”


  • Semoga bermanfaat :D