Rabu, 26 Desember 2012

Kenang Aku Saat Hujan


Kenang aku saat hujan, aku suka kesejukan, seperti saat bersamamu penuh kedamaian. Ingat aku saat hujan, memandang senyummu penuh keindahan, tak ingin ku lupakan. Hujan, sosokmu yang bersemayam dalam ingatan, hujan, jangan berhenti, meski deras rindu menggenangi hati, aku tak ingin kau pergi.

Jika Terjadi


Jika terjadi, mungkin kau adalah anugerah terindah yang Ia beri. Jika menjadi nyata, kan ku jaga kau selamanya. Setelah semuanya berakhir, penantian yang kurasakan tanpa akhir, keresahan karena memikirkanmu yang membuatku mengginggil, juga banyaknya kata rindu untukmu yang telah terukir. Cinta ini ibarat burung gagak yang terbang liar, menantimu keluar, menunggu hatimu untuk ku sambar. Jika terjadi, meski hanya dalam mimpi, aku ingin bersamamu lagi, menghias terik mentari bersama senyum penuh arti.

Senin, 24 Desember 2012

Kebahagiaan Kita

Ada hal yang kadang tidak bisa di jelaskan, beberapa momen yang kita rasakan, kebersaman yang kita ciptakan, tertawa melepas beban, memperdebatkan banyak perasaan, meski ku tau keresahan tetap mengganggu di masing-masing pikiran, setidaknya canda kita adalah penghibur dari segala pertanyaan hidup yang melelahkan. Sahabat, hadirkan senyum penghangat, tak setiap waktu selalu ku dapat, dalam sekat-sekat hidup yang membuat pengap, kalian datang menghapus sunyi hingga lenyap, kalian memang yang terhebat. Aku bersyukur, aku tak punya alat untuk cukup mengukur, namun bersama kalian bahagiaku tanpa alur, bebas takkan mudah hancur.

Malam ini, di kedai kopi tempat kita membagi sepi...


Kamis, 20 Desember 2012

Berdoa Dalam Aksara

Hujan memang menenangkan, teman menulis yang menyenangkan, derasnya membentuk kata yang ku cari, mengajak jemari menari, menuangkan kedalam lembar imajinasi. Jangan bertanya kenapa aku suka seorang diri, sejujurnya ini tentang hati, huruf demi huruf yang ku pasangkan agar serasi, aku sedang bercerita kepada Tuhan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menulis itu berdoa, meski hanya aksara yang berceita. Hujan dan sepi, menjadikanku lebih dekat dengan diriku yang sendiri.



Bidadari Penyemangatku

Aku bersalah, membiarkan mereka tenggelam dalam lautan kecewa, tak ada raut muka bahagia, seperti menahan kecewa, andai ada yang bisa ku lakukan untuk mencairkan tawa.. aku beruntung, aku memiliki 3 bidadari dalam perjalanan hidup yang berlangsung, mereka menguatkanku, mereka alasanku untuk selalu tersenyum.. rembulan malam ini tak seindah hadirmu, ibu, dan kedua adik-adik tercintaku, aku bersyukur tumbuh di antara mawar-mawar yang mengindahkanku.. selamat malam bidadari penyemangatku, jika nyawaku bisa mengabulkan doa, aku akan meminta kepada Tuhan untuk senantiasa melingkupi keluargaku dengan tawa dan bahagia, membebaskan mereka dari penjara derita, Tuhan, lindungi mereka, dekap erat dalam pelukMu saat mereka terlelap dalam mimpi, dan berikan senyum mentari terindah tatkala mereka terbangun nanti..


Tak Ada


Ayah dan Ibuku begitu hebat, bukan pahlawan, aku menyebutnya pemberi kekuatan, mereka pejuang, lelah? Jangan sesekali menanyakan, yang ku tahu tak ada yang lebih baik dari mereka, tak ada. Aku ingin memeluk mereka, membisikkan kata cinta, mengatakan aku sayang mereka. Aku bangga, aku tak malu berada di antara mereka, tak ada alasan untukku kecewa, aku terlahir dari rahim seorang ibu yang hebat, di besarkan oleh ayah yang tak pernah menyerah, kami bukanlah keluarga yang bergelimang harta, tapi cinta yang tumbuh dari hati adalah bekal yang cukup bagi kami untuk selalu bahagia. Terimakasih, Tuhan Yang Maha Pengasih, jauhkan kami dari hal-hal yang membuat kami jauh, hindarkan kami dari perasaan mengeluh, Engkau Yang Maha Besar, jadikan kebersamaan dan cinta dalam keluarga kami agar tak mudah pudar.

Rumah Hatimu


Aku mengikuti jejak waktu yang melangkah, tanpa protes ku tahu ini hanya proses. Menuju rumah hatimu di pedalaman rindu, apakah terlalu terburu-buru, rasa yang semakin menggebu karena rindu, aku hanya tak ingin kehilanganmu. Aku akan mencoba, hingga benar-benar tak bisa, terserah, aku akan terus melangkah meski berpunggung gelisah. Dalam diam dan rasa rindu yang menyiksa, untukmu aku bercerita, menjelajahi aksara, merangkainya secantik mungkin agar kau menikmatinya.

Selasa, 18 Desember 2012

Gerimis Yang Sedang Menari

Gerimis...
indah rembulan tak mampu ku lukis
tertutup kabut hitam
seperti hati yang kelam

memeluk riduku kembali
menatap gerimis yang sedang menari
aku seorang diri
mengukir tawa dalam lembaran sunyi

aku tidak sedang bersembunyi
aku pun tak mengutuk sunyi
aku hanya ingin menjadi seseorang yang pandai menyimpan sepinya sendiri




Senin, 17 Desember 2012

Bersamamu

Aku terus berdoa agar kita memang di gariskan bersama
Tak hanya sementara
Kemudian lupa
Aku tidak ingin kehilangan penyejuk siangku
Untukmu yang selalu menghiasi mimpi indahku
Ku selipkan namamu di antara doa yang ku panjatkan kepada Sang Maha Esa
Aku ingin bersamamu selamanya
Menyelami bahagia
Mengusir sepi bersama
Semoga engkau tahu
Dalam lelapku masih memikirkanmu




Kamis, 13 Desember 2012

Kau (pernah) Begitu Berarti

Sesosok perempuan lain yang pernah mengisi lembar kehidupan
Pernah membuatku takut karena kehilangan
Pernah begitu berarti
Pernah juga ku sukai
Namun tak ku miliki

Sesosok dari masa lalu yang ingin ku ceritakan
Aku tidak ingin mengingkari kenangan
Aku memang sempat menaruh harapan
Cinta yang pernah ku letakkan pada hatinya yang lembut
Meski pada akhirnya selamat tinggal harus ku sebut




Rabu, 12 Desember 2012

Asa Bersamamu

Sepertinya lupa, kau tak pernah datang lagi menyapa, aku kehilangan jejak menuju hatimu, sementara kau terus berlalu tanpa memperdulikanku. Sinar mentari tak mampu mengganti damai saat bersamamu, mungkin aku terlalu berharap, sedang dirimu semakin jauh terbang tanpa mampu ku tangkap. Hujan sore ini, asa dalam gumpalan rindu yang bersemayam di hati, kau adalah lamunanku, lagu rindu yang selalu ku nyanyikan hanya untukmu..




Rinduku Hanya Untukmu


Semoga cepat tau, rinduku hanya untukmu, kita yang terpisah jarak dan waktu, dirimu yang selalu ku tunggu. Lama tak memandang senyummu, penyemangatku, saat bersamamu terasa indah, hujan yang deras menjadi musim semi penuh guguran bunga, bahagia. Entah, apa kita berjumpa lagi, setiap hari aku menanti, menghitung hari dengan rindu yang semakin menyesakkan hati, jika ada yang lebih indah darimu untuk ku cintai. Dengarlah nyanyian rindu ini, kasih, malam ini rembulanku adalah kamu yang menerangi hati, kau tak ada disini, rinduku tetap deras seperti rintikan hujan malam ini..


Senin, 10 Desember 2012

Arti Seorang Ayah Untukku (Motivasi)

Gadis kecil itu sedang bersiap-siap ke sekolah, ia menghabiskan sarapan paginya penuh semangat. Hari ini adalah hari dimana ia harus berbicara tentang ayah. Ibu kelihatan kuatir karena tahu apa yang hadapi putrinya nanti. Ia berbisik agar si kecil yang ceria tak usah masuk sekolah saja hari ini, tetapi si anak berkuncir dua itu hanya tertawa dan berkata, "ini kesempatan memberitahu teman-temanku siapa sebenarnya ayahku, Ibu"

Mereka tiba di ruang pertemuan sekolah. Ruangan itu ramai dengan para ayah yang menemani putra-putri mereka, malah beberapa dari ibu mereka juga ikut mendampingi. Hanya si gadis kecil yang duduk bersama ibunya. Ibunya menunduk menyembunyikan kegalauan sementara si putri sibuk menyapa teman-temannya dengan riang.

Satu persatu anak-anak maju ke depan, bercerita tentang ayah mereka. Si gadis kecil memperhatikan dengan seksama membuat si ibu semakin gundah. Tangannya yang gemetar tak mampu mengusir kekuatiran menunggu giliran si gadis kecil.

Akhirnya tibalah giliran si gadis kecil. Saat ia berdiri, sang ibu sempat ragu namun si gadis kecil meraih tangannya dan mengajaknya ke depan. Mereka berjalan di tengah pandangan sinis orang-orang yang berbisik “ayah macam apa yang tak bisa menemani putrinya di hari sepenting ini.” Si ibu duduk di mana seorang ayah seharusnya duduk menemani si gadis kecil dan di depannya si gadis kecil memulai kisahnya tentang ayah.

“Ayah yang kukenal bukanlah ayah yang menemaniku bermain bola, bukan ayah yang bisa menciumku setiap saat dia inginkan, bukan ayah yang bisa kusambut ketika ia pulang kerja, juga bukan ayah yang bisa membelaku saat aku diganggu anak yang nakal, dia juga bukan ayah yang bisa menemaniku saat aku sedang sakit, bahkan ayah tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun untukku walaupun sekali saja. Tetapi bukan karena ayahku jahat atau terlalu mementingkan pekerjaannya, ayahku mungkin terlalu baik hingga Tuhan ingin ayah bersamaNya. Aku tak membenci Tuhan karena aku tahu Tuhan sangat sayang padaku dan Ayah, Tuhan pasti punya rencana lain untuk kami hingga ia memisahkan aku dan ayah.”

Gadis kecil terdiam dan memandang kesekelilingnya, menatap wajah-wajah di hadapannya,
“Ayah memang tak pernah ada di sisiku, tapi ia menemaniku setiap saat. Setiap kali aku bersedih, aku hanya tinggal menutup mataku sejenak dan memanggil namanya. Ia akan datang meskipun cuma aku yang tahu karena hatiku merasakannya. Ketika aku rindu menatap wajahnya, foto ayah akan menemaniku dalam tidur. Ayah memang tak bisa mengajariku bermain ataupun belajar, tapi ia mengajariku menjadi anak yang mandiri karena aku tak punya ayah yang membantuku, aku belajar menjadi anak yang berani karena tak ada ayah yang membelaku, aku belajar menjadi anak berprestasi karena aku ingin ayahku bangga di surga sana, aku ingin berhasil menjadi dokter karena aku ingin ibu punya alasan untuk melanjutkan hidupnya.”

Lalu ia diam sejenak, menutup mata dan berbisik, “aku beruntung karena ada ibu yang menemaniku, yang membantuku mengenal ayah sejak aku bayi dan aku tahu ayah ada di sini, melihatku dengan senang karena aku sudah memperkenalkannya pada semua agar semua orang tahu betapa berartinya ayah bagiku. Suatu hari nanti jika aku bisa bertemu dengannya di surga, aku akan berkata aku mencintainya dan selalu bangga menjadi anaknya.”


Semoga bermanfaat...

Hujan Teman Menyejukkan

Hujan, kau menyapa dengan kesejukan, tangismu deras, petirmu gagah lantang dan terdengar keras, hujan... kau mendinginkan hati yang panas. Seperti bernyanyi, rintikanmu lembut membentuk melodi, aku mengamatimu, di balik sangkar imajinasiku, menggambarkan seseorang yang ku rindu di antara kerumunan gerimismu. Hujan, kau akan selalu menjadi teman yang menyenangkan, melihatmu akrab bermain bersama anak kecil penuh keceriaan, kau memberi kesegaran, membersihkan udara yang penuh polusi kegalauan. Hujan....


Bait Hujan

Hujan dan kopi, angan mulai bekerja dalam ruang imajinasi, kilat petir sedikit mengoyak konsentrasi, namun aku tetap bercerita menyusun bait sepi. Hujan... kau kurindukan dan menakutkan, derasmu seperti menghipnotis siapaun yang memandang, kepingan masa lalu di antara rintikanmu yang berjajar rapi menghujam, terselip kerinduan yang bergelora seperti petirmu yang angkuh menerjang. Aku hanya diam, di sudut ruang yang hitam, derasmu masih terdengar, namun aku memilih menghindar. Sebenarnya aku ingin menari, melepas sepi bersama rintikan manjamu yang menenangkan hati, namun kopiku harus tetap hangat, aku tak ingin hitamnya memudar bersama masa lalu yang pekat.




Mentari Musim Panas


Sunyi.... kepingan harapan mulai ku punguti, menjaganya agar tidak terbang kesana-kemari, setidaknya hanya ini yang ku miliki, saat ini. Aku mendamba kebahagiaan, namun langit selalu saja muram, mentari pagi tak pernah sesejuk saat musim panas datang, aah... mungkin langit juga menyimpan kegalauan. Hening, entah pada apa aku bertanya tentang teory untuk tetap bahagia, dari mana aku memperoleh penjelasan untuk melanjutkan hidup dengan tawa dan ceria, tatkala mendung selalu menyelimuti, mawar tak lagi mewangi. Aku tak ingin berhenti, meski mengusung gelisah di hati, di antara gerimis dan kegundahan hati, meski pahit tak pernah menjadi manis, walau harapan kian terkikis, aku harus optimis.

Sabtu, 08 Desember 2012

Mentari Tak Pernah Pergi

Banyak objek yang beredar di pikiranku, seperti sedang merusak nalarku, raga terasa lelah, aku tak ingin menyerah, namun aku juga tak bisa menghindari datangnya masalah. Entahlah, mungkin aku gundah, aku berada di satu titik gelisah, memandang hidupku tak seindah matahari pagi yang indah, aku tidak kalah, hanya pasrah. Aku ingin menangis, mendung terlalu lama menyimpan gerimis, namun hati kecil berbisik aku harus optimis, menjalani hari penuh ceria dan tak mudah terkikis. Aku tidak mengeluh, aksara yang kurangkai sudah cukup membuat peluh, segala yang terjadi memang tak selalu memihakku, namun aku selalu punya alasan untuk tersenyum sepanjang waktu, untuk mereka yang selalu mewarnai hariku. Aku akan berusaha, mungkin aku kurang menikmatinya, nikmat Tuhan begitu tak terbatas, layaknya hamparan langit yang luas, seperti secangkir kopi hangat di kala hujan yang deras, mungkin aku harus mencari, lebih banyak mensyukuri, tidak hanya sibuk berlari, aku tau mentariku tak pernah pergi, dia akan selalu ada menerangi, terimakasih Tuhan untuk hari ini..


Selasa, 04 Desember 2012

I Love You, Dad


Dear pahlawan dalam keluargaku..

Ayah, begitu aku memanggilnya. Sosok yang menyenangkan tapi juga bijaksana. Tidak banyak bicara, tapi satu kata yang keluar dari mulutnya dapat merubah segalanya.

Dulu aku berfikir, betapa seorang ayah adalah sosok yang angkuh, hanya mau di perintah tanpa mau mengerti keinginan sang buah hati. Hanya mau di mengerti, tanpa mau mengerti. Tapi aku salah, salah besar, Ayah lebih dari sekedar rangkain huruf A-Y-A-H. Dia adalah segalanya. Panutan dalam hidupku. Teman bercanda menyenangkan di setiap hariku.

Ayah, kini sosok itu terlihat mulai menua. Rambut putih pertanda dia sudah memasuki frase senja. Tapi tak pernah terlihat lemah. Masih tetap kokoh dan berwibawa layaknya masa mudanya.
Ayah, aku tau pasti kau berharap lebih padaku. Engkau pun pasti berharap aku dapat menjadi yang lebih baik darimu.
Maaf kan aku Ayah. Aku tak bisa menjadi seperti di mimpi indahmu. Aku tak lebih hebat darimu. Aku belum bisa membuatmu bangga.
Kadang, ingin sekali aku bertanya padamu, adakah engkau senang mempunyai putra sepertiku? Ataukah aku tak ubahnya hanya benalu dalam hidupmu??
Ayah, andai aku bisa memilih, aku hanya ingin kembali ke masa kecil ku. Saat dimana engkau selalu menggendongku. Menyanyikan lagu tidur di setiap malam untukku. Aku ingin terus seperti itu. Karena dengan itu aku merasa bahwa kau bangga memiliki ku.
Ayah, seandainya besok aku tak bisa melihatmu lagi, aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Aku bohong saat aku mengatakan aku tak ingin sepertimu. Aku ingin sepertimu ayah. Aku ingin menjadi hebat sepertimu..
Terimakasih untuk waktu yang telah engkau luangkan untuk membesarkanku, Ayah. Selamanya kau tetap teladan dalam hidupku. Orang yang paling aku sayang setelah ibu.

I Love You, Dad...

Sabtu, 01 Desember 2012

Sandaran Ketenangan


Rindu ini hanya sebutan, seperti rasa ingin bertemu yang tak tertahankan, hasrat memelukmu untuk menumpahkan segala kegelisahan. Bagaimana bisa menumpahkan kerinduan, disini, saat ini, aku hanya bertahan dengan namamu di angan, tanpa ragamu untuk sandaran ketenangan. Baik, ini hanya khayalan, namun rinduku tak pernah menyimpan kebohongan, senyummu yang selalu ku kenang, hadirkan keindahan, bak cahaya rembulan di pekatnya malam..

Nyanyian Langit

Mendung, langit nampak murung, ia seakan menahan tangis, namun terlalu kuat untuk terkikis. Tak ada raut muka bahagia, seharian ia memendam tawa, sorot matanya tajam, pekat hitam layaknya malam. Menunggu pelukan sang rembulan, sejak langit padam, namun mendung menjadi penghalang, langit muram merindukan rembulan, hingga terangnya kembali datang...