Senin, 17 September 2012

Penyejuk Siangku


Cerita ini di mulai pada siang itu, siang yang teramat panas, begitu terik. Sang surya begitu tepat di atas ubun-ubun, aku yang hendak menjemput adikku seolah ingin mengurungkan niatku menjemputnya. Tapi aku juga tidak ingin ada sesuatu yang terjadi pada adikku, lagi pula ini hanya panas matahari, bukan panas neraka kan?!! Akhirnya ku beranikan diriku berenang di bawah terik sang surya, dan tentu saja, tubuhku sudah siap dengan jaket tipis berwarna merah yang ku kenakan.

Sejujurnya, aku tak berharap apapun di tengah terik di siang ini, seandainya ada, mungkin aku hanya berharap Tuhan sedikit saja mengurangi volume sinar yang di pancarkan matahari siang ini, paling tidak sedikit redup agar orang-orang yang keluar bisa sekalian menikmati, bukan kepanasan, hehehe

Tapi, sepertinya Tuhan punya maksud lain, Tuhan memang tidak mengurangi terik panas sinar sang surya, tapi Tuhan memberikan ku kado yang lain. Seseorang yang tiba-tiba saja membuat siang ini begitu sejuk saat ku melihatnya, seketika tak kurasakan lagi terik sinar yang sedari tadi menyengat sekujur tubuhku, aku bahkan mendadak seperti berada di tempat di musim gugur, aku bisa melihat daun-daun yang sedang berguguran menari menemani langkahmu dengan riangnya, bersama semilir angin yang datang membawa pelukan.

Seseorang yang sempat kuhimpun dalam setiap doa di shalatku. Seseorang yang dari jauh pun sudah memberi aura berbeda, dan itu adalah kau, penyejuk siangku.
Kau yang sedang berjalan begitu anggun menyusuri jalanan berdebu. Ditambah baju warna birumu yang semakin menambah auramu. Sungguh jika keajaiban itu ada, mungkin sekarang aku sedang melihatnya.

Saat diam-diam kau selipkan pandanganmu untukku, aku pun tanpa sadar juga menaruh fokus padamu yang tanpa sengaja menebar senyum diantara debu siang itu. Aku tak berpikir lama untuk mendekatimu, ku pacu dengan segera motorku menuju tempat dimana aku menemukanmu. Jantung ini, bisa kurasakan berdetak semakin cepat bersama jarak kita yang semakin dekat. Getaran berbeda, aku tak ingin menamainya sekarang, tapi suatu saat aku yakin bahwa ini cinta. Hingga akhirnya kau menerima ajakanku untuk duduk di belakangku, kau ku bonceng dengan perasaan hati yang sudah ingin menjerit, girang dan sangat senang. Kita mulai berbicara, hingga aku tau, ternyata kau juga menaruh harap padaku, memang belum sepenuhnya pasti, tapi caramu bertanya padaku, seakan mempertegas semuanya.

Untuk usaha pertama berada di dekatmu, aku menganggapnya berhasil, tidak terlalu buruk untuk sebuah masa orientasi. Dan yang terpenting, aku menikmatinya, aku bahagia, bukan karena aku tak merasa terganggu lagi dengan terik sinar matahari, tapi aku bisa bersamamu, seseorang yang dalam hati selal ku elu-elu kan.

Kau pun tlah sampai di depan rumahmu, setelah ucapan terima kasihmu padaku, kau terlihat tersenyum lagi memandangku, senyum kecil yang bagiku sangat berarti, aku anggap, itu adalah upah karena tlah mengantarmu pulang.

Aku berbalik arah, ku amati sekelilingku seolah menjadi sangat indah, mungkin mereka tau bahwa aku sedang bahagia sekarang, yang jelas, aku ingin cepat-cepat sampai di rumah, kemudian menceritakan cerita ini, pertemuanku dengan seseorang yang merubah siang yang terik dan panas menjadi sejuk dan menyenangkan.

Komentari..

0 komentar:

Posting Komentar